“ Kalau
kemanusiaan terusik, maka semuanya akan terusik, kecuali orang yang gila dan
orang yang tidak berperasaan sekalipun dia sarjana ”.
-Pramoedya Ananta Toer -
“ Orang-orang yang
terpanggil untuk melakukan upaya-upaya perbaikan di tengah situasi dan kondisi
yang sarat kerusakan adalah orang-orang yang memiliki semangat profetik
tinggi...ketiadaan harapan itulah yang kemudian menyebabkan orang-orang
tertentu yang memiliki komitmen kuat kepada panggilan profetik untuk mengabdikan
diri dengan melakukan berbagai macam upaya perbaikan ”.
-Muhammad Nasih -

PREFACE
Lebih dari satu dekade setelah
reformasi, (gerakan) mahasiswa memperoleh tantangan-tantangan barunya yang
perlu dianalisis, didefinisikan dan direspon. Gerakan mahasiswa sebelum dan
ketika 1998 merupakan salah satu puncak manifestasi idealitas dalam
menumbangkan tirani orde baru. Penumbangan ini membuka kran demokrasi dan
menguatnya masyarakat sipil. Akan tetapi di sisi lain, benih-benih yang sempat
tenggelam berhamburan dan tenggelam dan tumbuh dipermukaan yang sebagian
melanjutkan pola-pola lama kekuasaan seperti masih maraknya konflik agraria
serta tergerusnya identitas kebangsaan.
Mahasiswa ada di persimpangan itu,
dimana kesadaran akan fungsinya sebagai bagian dari intelektual yang bertugas
menggawangi perubahan justru terjebak dalam carut-marut zaman. Mahasiswa
sebagai eksponen perubahan idealnya mampu memberikan kontribusi nyata dalam
memperbaiki kondisi bangsa. Namun apabila upaya perbaikan itu dilakukan secara
individu tentu akan menghasilkan output yang kurang maksimal. Lalu? Salah satu
cara agar upaya perbaikan itu menjadi massive
adalah bekerja dan berjuang melalui sebuah organisasi.
BERPIKIR
Berpikir
merupakan salah satu aktivitas vital yang dilalukan oleh manusia dalam
kehidupannya. Kita sebagai manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan diberikan
kelebihan berupa akal yang harusnya dapat kita berdayagunakan, fungsikan,
gunakan semaksimal dan seoptimal mungkin. Oleh karenanya sebagai mahasiwa yang
cenderung terstigma sebagai sebuah
golongan yang sarat akan nilai-nilai keintelektualitasannya kita gunakan akal
yang telah dianugerahkan untuk kemudian kita gunakan untuk berfikir serta
menganalisa segala apa yang ada di dunia ini. Proses berfikir pun sangat berguna
ketika Nabi Ibrahim berproses mencari Tuhan. Dikisahkan dengan sangat indah
Didalam Al-qur’an bahwa ketika Nabi Ibrahim berusaha untuk mencari siapa
tuhannya terlebih dahulu Nabi Ibrahim menjalan sebuah proses perenungan yang
panjang yang menuntunnya untuk menemukan Tuhannya. Dalam proses perenungan
tersebut Nabi Ibrahim memberikan sebuah edukasi bagi kita agar senantiasa
berfikir kritis. Sampai akhirnya Allah SWT memberikan jalan bagi Nabi Ibrahim
serta memberinya pujian sebagai manusia hanif.
BERTUHAN
“Dan tidak kami
ciptakan golongan jin dan manusia kecuali untuk beribadah”
-Q.S Adz-zariyat : 56 -
Bertuhan adalah sebuah kebutuhan bagi
manusia serta telah menjadi naluri yang harus di akomodir. Karena sungguh kita
sebagai makhluk yang lemah tentu akan sangat membutuhkan keberadaan tuhan.
Bertuhan adalah pilihan yang realistis bagi manusia, karena dengan bertuhan
kita akan mendapati esensi dari kehidupan kita ini, selain itu kita juga akan
mengetahui orientasi yang sesungguhnya dari keberadaan kita di dunia ini.
Belajar
yang paling baik adalah dengan pembacaan sejarah begitu kata orang, apabila
kita cermati pada Perang Dunia I ketika itu negara Rusia masih bernama Uni
Sovyet yang begitu digdaya dan merupakan salah satu negara adikuasa didunia.
Namun dalam peperangan dunia itu yang terjadi justru adalah para tentara dari
negara Sovyet menjadi kehilangan motivasi mereka dalam pertempuran tersebut.
Mengapa? Karena merekaa tidak mempunyai orientasi yang jelas dalam kehidupan
ini, mereka tidak bertuhan (baca -
komunis) sehingga mereka tidak tahu apa yang mereka bela, mereka tidak tahu
mati untuk siapa. Mari kita komparasikan
dengan para sahabat Nabi Muhammad ketika menemani beliau berjihad membela agama
Allah SWT. Mereka berani syahid karena orientasi mereka jelas, yang mereka cari
adalah Ridha Ilahi agar kelak mendapat ganjaran berupa Syurga-Nya yang hakiki.

MELAWAN
“Sungguh Allah SWT
tidak akan merubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya”
Sejarah muhammadiyah adalah sejarah
perlawanan, bagaimana tidak Ahmad Dahlan muda yang kelak akan menjadi the founding father dari gerakan
Muhammadiyah sejak muda sudah mulai berpikir kritis tentang ketidakadilan
sosial disekitar lingkungannya. Dia melihat adanya disparitas serta jurang
pembeda yang teramat tajam dalam tatanan sosial kehidupan pada waktu itu.
Ketika akhirnya ia mendirikan Muhammadiyah resitensi yang diperolehnya pun
sangat luar biasa yang mencapai titik kulminasi ketika langgar kidoel nya
dirobohkan. Begitupun ketika ia mereformasi sistem pendidikan yang
mengombasikan pengetahuan agama dan umum. Sekolah-sekolah muhammadiyah saat itu
bahkan diberikan cap wilderenschoolen
(sekolah liar) oleh pemerintah Belanda. Namun Kyai Dahlan tidak menyerah dan
justru melawan kondisi tersebut dengan dakwah
bil hal sehingga benar-benar terjadi sebuah peerubahan.
Kita sebagai generasi muda terutama
para mahasiswa seharusnya bisa mengambil pelajaran dari apa yang sudah
dilakukan oleh Kyai Dahlan lebih dari seabad lalu. Kita harus berani serta
mengambil inisiatif melawan segala sesuatu yang menyinggung kemanusiaan.
Akhirnya marilah kita berdo’a agar kita
termasuk kedalam golongan siratal mustaqim (jalan yang lurus) bukan orang yang
mau tapi tidak tahu (al-maghdub) dan
orang yang tahu tapi tidak mau (ad-dhallin).Amin....
Billahifisabililhaqfastabiqulkhairat...........!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar