Selasa, 04 Desember 2012

Berpikir, Bertuhan, dan Melawan



“ Kalau kemanusiaan terusik, maka semuanya akan terusik, kecuali orang yang gila dan orang yang tidak berperasaan sekalipun dia sarjana ”.
-Pramoedya Ananta Toer -

“ Orang-orang yang terpanggil untuk melakukan upaya-upaya perbaikan di tengah situasi dan kondisi yang sarat kerusakan adalah orang-orang yang memiliki semangat profetik tinggi...ketiadaan harapan itulah yang kemudian menyebabkan orang-orang tertentu yang memiliki komitmen kuat kepada panggilan profetik untuk mengabdikan diri dengan melakukan berbagai macam upaya perbaikan ”.
-Muhammad Nasih -
 
PREFACE
Lebih dari satu dekade setelah reformasi, (gerakan) mahasiswa memperoleh tantangan-tantangan barunya yang perlu dianalisis, didefinisikan dan direspon. Gerakan mahasiswa sebelum dan ketika 1998 merupakan salah satu puncak manifestasi idealitas dalam menumbangkan tirani orde baru. Penumbangan ini membuka kran demokrasi dan menguatnya masyarakat sipil. Akan tetapi di sisi lain, benih-benih yang sempat tenggelam berhamburan dan tenggelam dan tumbuh dipermukaan yang sebagian melanjutkan pola-pola lama kekuasaan seperti masih maraknya konflik agraria serta tergerusnya identitas kebangsaan.
Mahasiswa ada di persimpangan itu, dimana kesadaran akan fungsinya sebagai bagian dari intelektual yang bertugas menggawangi perubahan justru terjebak dalam carut-marut zaman. Mahasiswa sebagai eksponen perubahan idealnya mampu memberikan kontribusi nyata dalam memperbaiki kondisi bangsa. Namun apabila upaya perbaikan itu dilakukan secara individu tentu akan menghasilkan output yang kurang maksimal. Lalu? Salah satu cara agar upaya perbaikan itu menjadi massive adalah bekerja dan berjuang melalui sebuah organisasi.

BERPIKIR
                Berpikir merupakan salah satu aktivitas vital yang dilalukan oleh manusia dalam kehidupannya. Kita sebagai manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan diberikan kelebihan berupa akal yang harusnya dapat kita berdayagunakan, fungsikan, gunakan semaksimal dan seoptimal mungkin. Oleh karenanya sebagai mahasiwa yang cenderung terstigma sebagai sebuah golongan yang sarat akan nilai-nilai keintelektualitasannya kita gunakan akal yang telah dianugerahkan untuk kemudian kita gunakan untuk berfikir serta menganalisa segala apa yang ada di dunia ini. Proses berfikir pun sangat berguna ketika Nabi Ibrahim berproses mencari Tuhan. Dikisahkan dengan sangat indah Didalam Al-qur’an bahwa ketika Nabi Ibrahim berusaha untuk mencari siapa tuhannya terlebih dahulu Nabi Ibrahim menjalan sebuah proses perenungan yang panjang yang menuntunnya untuk menemukan Tuhannya. Dalam proses perenungan tersebut Nabi Ibrahim memberikan sebuah edukasi bagi kita agar senantiasa berfikir kritis. Sampai akhirnya Allah SWT memberikan jalan bagi Nabi Ibrahim serta memberinya pujian sebagai manusia hanif.

BERTUHAN
“Dan tidak kami ciptakan golongan jin dan manusia kecuali untuk beribadah”
-Q.S Adz-zariyat : 56 -
Bertuhan adalah sebuah kebutuhan bagi manusia serta telah menjadi naluri yang harus di akomodir. Karena sungguh kita sebagai makhluk yang lemah tentu akan sangat membutuhkan keberadaan tuhan. Bertuhan adalah pilihan yang realistis bagi manusia, karena dengan bertuhan kita akan mendapati esensi dari kehidupan kita ini, selain itu kita juga akan mengetahui orientasi yang sesungguhnya dari keberadaan kita di dunia ini.
                Belajar yang paling baik adalah dengan pembacaan sejarah begitu kata orang, apabila kita cermati pada Perang Dunia I ketika itu negara Rusia masih bernama Uni Sovyet yang begitu digdaya dan merupakan salah satu negara adikuasa didunia. Namun dalam peperangan dunia itu yang terjadi justru adalah para tentara dari negara Sovyet menjadi kehilangan motivasi mereka dalam pertempuran tersebut. Mengapa? Karena merekaa tidak mempunyai orientasi yang jelas dalam kehidupan ini, mereka tidak bertuhan (baca - komunis) sehingga mereka tidak tahu apa yang mereka bela, mereka tidak tahu mati untuk siapa. Mari  kita komparasikan dengan para sahabat Nabi Muhammad ketika menemani beliau berjihad membela agama Allah SWT. Mereka berani syahid karena orientasi mereka jelas, yang mereka cari adalah Ridha Ilahi agar kelak mendapat ganjaran berupa Syurga-Nya yang hakiki.
MELAWAN
“Sungguh Allah SWT tidak akan merubah suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya”

Sejarah muhammadiyah adalah sejarah perlawanan, bagaimana tidak Ahmad Dahlan muda yang kelak akan menjadi the founding father dari gerakan Muhammadiyah sejak muda sudah mulai berpikir kritis tentang ketidakadilan sosial disekitar lingkungannya. Dia melihat adanya disparitas serta jurang pembeda yang teramat tajam dalam tatanan sosial kehidupan pada waktu itu. Ketika akhirnya ia mendirikan Muhammadiyah resitensi yang diperolehnya pun sangat luar biasa yang mencapai titik kulminasi ketika langgar kidoel nya dirobohkan. Begitupun ketika ia mereformasi sistem pendidikan yang mengombasikan pengetahuan agama dan umum. Sekolah-sekolah muhammadiyah saat itu bahkan diberikan cap wilderenschoolen (sekolah liar) oleh pemerintah Belanda. Namun Kyai Dahlan tidak menyerah dan justru melawan kondisi tersebut dengan dakwah bil hal sehingga benar-benar terjadi sebuah peerubahan.
Kita sebagai generasi muda terutama para mahasiswa seharusnya bisa mengambil pelajaran dari apa yang sudah dilakukan oleh Kyai Dahlan lebih dari seabad lalu. Kita harus berani serta mengambil inisiatif melawan segala sesuatu yang menyinggung kemanusiaan.
Akhirnya marilah kita berdo’a agar kita termasuk kedalam golongan siratal mustaqim (jalan yang lurus) bukan orang yang mau tapi tidak tahu (al-maghdub) dan orang yang tahu tapi tidak mau (ad-dhallin).Amin....
Billahifisabililhaqfastabiqulkhairat...........!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar